Begitulah kira-kira hubungan banyak orang dengan musik, mencintainya tanpa banyak tau. Mencintai musik cukup terpejam beberapa saat karena ketukan dan progresi-progresi yang sekali lagi, kita tak perlu tau tentang itu semua. Cukup mendengarkan dan terbuai.
Urusan mencintai tak perlu membandingkan tukang masak restoran bersama radio transistor SW-nya dengan kolektor vinyl. Tak usah angkat suara saat menyadari lagu yang harusnya pada sus4 malah dengan penuh keterbatasan si gitaris menekan sus2. Tak usah mengadu domba para bass head dengan maniak clean ber-Eidola yang diputarnya tiap melintasi A. Yani. Urusan mendalam biar dihajar oleh para pemusik, mereka bekerja. Kita cukup mencintainya saja, dan bagi musik cinta itu sudah lebih dari cukup.
Di hadapan musik kita adalah pembangkang dunia, lebih-lebih kenyataan. Di hadapan musik pula kita menjadi seseorang yang berhijrah, cengeng, penuh dosa, ingin sholat, pemuda sempoyongan, nasionalis, self centered, dan sebagainya dan sebagainya. (kutulis setelah menyadari betapa backsound adalah 80% pembangun mood, citra, dan opini)
Equalizer APO 1.2.1 Configuration Editor
Karena sore ini cukup seram, maka kuputuskan mengulik equalizer pada tone gelap. Software yang digunakan adalah Equalizer APO yang dapat diperoleh secara cuma-cuma di google atau bing. Earphone KZ yang dikenakan cukup sustain pada frekuensi rendah, maka digas saja. Selanjutnya grafik eq yang membagi frekuensi pada 31 sekat diatur sedemikian rupa menyesuaikan sound card PC (yang jauh lebih natural dan terasa analognya daripada android) dan selera. Tujuannya jelas, membawa suasana live session dengan seperangkat sound yang mumpuni. Oh, ya, filter lowpass yang bisa dicontek script-nya dari banyak portal berguna untuk meloloskan noise-noise frekuensi rendah, yang mana bridging bass yang langka itu bakal sekali lagi terdengar, yang membawa suasana lebih dalam lagi.
Cukup baik, dapat dibilang sangat baik untuk spek gratisan. Detail pada high-mid terdengar jelas (es: Erotic Cakes: Wonderful Slippery Thing), bass tak perlu ditanya lagi, urusan vokal kali ini bukan prioritas tapi cukup melegakan.